Bagi
hobiis ayam aduan yang sudah berpengalaman tampaknya tidak mau
meninggalkan katurangga (anatomi) dalam memilih jagoan yang dapat
dihandalkan. Tentu saja beberapa katurangga bisa untuk mendeteksi
kelebihan yang dimiliki ayam tersebut, salah satu contoh untuk
mendeteksi nyali bisa dilihat dari jenggernya.Hampir setiap ayam jago
memiliki jengger, namun jengger yang ada cukup bervariasi bentuknya, ada
yang lebar, halus, kasar, bentuk bunga (mawar), nyumber dan lain
sebagainya. Dari bentuk-bentuk yang ada dipercaya bentuk jengger yang
blangkon (seperti topi jawa : red) memiliki mental yang cukup bagus.
Bentuk jengger blangkon ini memiliki ujung jengger yang bagian belakang
lebih panjang dari yang menempel di kepala, namun sampai ujung masih
kelihatan seolah-olah menempel di kepala. Tidak hanya itu, jengger
blangkon yang dinilai memiliki mental yang bagus juga harus lentur,
tidak kaku meskipun bentuk jenggernya besar. Tentang motifnya bisa rata
atau berbentuk bunga tidak masalah, hanya saja kalau rata besar
terkadang sulit dipatuk lawan sementara jengger yang kecil atau
berbentuk bunga lebih mudah diambil lawan.Ayam yang memiliki jengger
blangkon kebanyakan tidak mudah menyerah, meskipun sudah terluka parah.
Bahkan sering kali meskipun sudah tidak berdaya masih diam tidak mau
menyerah (keok). Tentu saja ayam yang demikian sangat bagus jika
diimbangi dengan tehnik dan pukulan yang istimewa. Kelenturan jengger
ini juga menjadi acuan untuk memilih ayam aduan, kebanyakan jengger
lentur dan halus memiliki keberanian yang luar biasa, selain itu juga
tidak mudah terluka baik akibat patukan, pukulan maupun jalu. Bahkan
kalaupun sempat berdarah jengger yang lentur biasanya lebih cepat
berhenti dibanding dengan jengger yang keras.Berbeda dengan jengger yang
bagian belakang yang langsung tegak lurus dengan bagian jengger yang
menempel di kepala, biasanya mentalnya sangat jelek. Kondisi ini sangat
mengkhawatirkan saat turun di kalangan, bisa saja pukulan tidak terlalu
telak, namun sudah merasa kesakitan sehingga membuatnya cepat kabur.
Bentuk ayam yang demikian sering membuat kecewa pemiliknya, kadang bisa
saja saat itu ayam masih kondisi unggul, karena memang memiliki tehnik
dan p
Jengger sumpel/ngatong/ tapak sujen pada ayam, ketika dulu orang main ayam
lokal atau ketika ayam bangkok baru masuk Indonesia, kepercayaan ini
dipegang kuat oleh botoh jaman dulu krn memang jarang ayam BK yg
berjengger sumpel, tp ketika masa ayam saigon/vietnam/ganoi dtg ke
Indonesia kepercayaan ini lambat laun luntur, krn banyak juga ayam
saigon yg berjembel sumpel/tapak sujen yg menang dikalang bahkan
lawannya Bk dgn jengger mahkota(baret) yg konon punya nyali
bagus....ketika era sekarang ketika trah birma, magon atau phuket dgn
jengger sumpel/tapak sujen banyak beredar, saya pikir dr kesemuanya
rata2 mereka juga punya nyali/mental yg bagus